Senin, 10 Maret 2014

Bintang Mahaputra Utama


BINTANG MAHAPUTRA UTAMA
Oleh Dr. H. Rosiady Sayuti


Mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh masyarakat NTB, termasuk saya kira pak Gubernur NTB sendiri, kalau pada suatu saat beliau akan mendapat anugrah Bintang Mahaputra Utama dari negara. Suatu penghargaan yang konon untuk masyarakat sipil sebagai penghargaan yang tertinggi. Hanya setingkat di bawah Bintang Republik Indonesia, yang biasanya diberikan kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dan orang orang yang jasanya  sangat luar biasa kepada negara dan bangsa.

Didalam penjelasan resmi tentang jenis jenis penghargaan yang dikeluarkan oleh sekretariat negara, dikatakan bahwa Bintang Mahaputra Utama dianugerahkan kepada seseorang yang “berjasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa di suatu bidang tertentu di luar bidang militer.  Pengertian berjasa luar biasa menurut penjelasan Pasal 1 U.U. No. 6 Drt. Tahun 1959 “Jasa-jasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa ialah perbuatan-perbuatan yang bermutu tinggi yang sangat bermanfaat bagi keselamatan dan kesejahteraan negara.”

Ketika saya membuka lebih lanjut daftar penerima Bintang Mahaputra Utama sejak tahun 1957 hingga 2007 saya menemukan ada tiga tokoh  Nusa Tenggara Barat yang pernah menerima Bintang tersebut. Yang pertama adalah Bapak Mayjen H. Gatot Suherman, sesuai dengan SK Presiden Tanggal 6 Agustus 1986, yang kedua adalah Bapak Mayjend H. Warsito, SK Presiden Tanggal 11 Agustus 1987, dan ketiga adalah Almagfulah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, SK Presiden  tanggal 4 Nopember 2000.

Kita semua sangat mengenal ketiga sosok tersebut. Bapak H. Gatot Suherman adalah Gubernur NTB periode delapan puluhan yang terkenal dengan Bumi Gora-nya, karena telah berhasil membalik citra NTB dari langganan kelaparan alias kekuarangan beras, menjadi penghasil  dan penyumbang swasembada beras. Beliau disebut langsung oleh Presiden Suharto dalam pidatonya pada sidang FAO pada tahun 1984 sebagai gubernur yang berhasil melaksanakan pola pertanian gogorancah; sehingga produksi beras di Nusa Tenggara Barat meningkat signifikan. Bahkan disebutkan sebagai salah satu provinsi yang menyumbangkan produksi beras sehingga Indonesia mengalami swasembada beras sejak tahun 1984.

Mayor Jenderal Warsito, yang menjadi gubernur NTB setelah Bapak H. Gatot Suherman, adalah sosok yang dikenal keras dan tegas dalam memimpin NTB namun juga humanis. Beliau dinilai berhasil dalam melanjutkan berbagai program pembangunan yang telah dirintis oleh pendahulunya, utamanya dalam kaitannya dengan upaya melestarikan program swasebada beras; sehingga NTB tidak hanya ber swasembada, namun sedikit demi sedikit mampu memberikan kelebihan produksi yang dimiliki untuk didistribusikan ke daerah daerah lain di Indonesia yang membutuhkan. Dengan kata lain , beliau mampu menjadikan NTB sebagai lumbung pangan nasional, khususnya beras.

Tokoh ketiga yang diberikan anugerah Bintang Mahaputra Utama oleh negara adalah almagfurlah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Tokoh yag sangat gigih berjuang membangun masyarakat lewat jalur pendidikan. Sejak kepulangan beliau dari menuntut ilmu di Mekah,  tahun 1933, jauh sebelum Indonesai merdeka, beliau telah mendirikan lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren namun dengan sistem klas modern, yang beliau namakan Madrasah Nadlatul Wathan Diniyah Islamiyah, untuk santri laki laki dan kemudian Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah bagi kaum perempuan. Mungkin beliaulah tokoh pertama dari bumiputra yang melaksanakan sistem pendidikan seperti itu berbeda dengan para tuan guru seangkatan beliau di Lombok ini, yang memilih sistem pendidikan non klas; karena menganggap bahwa sistem klas dalam pendidikan itu adalah sistem penjajah.  Kalau dari perspektif gender, saya yakin beliaulah yang pertama di NTB bahkan mungkin di Indonesai Timur yang mendirikan lembaga pendidikan khusus untuk perempuan. 

Melalui murid murid beliau pada angkatan awal, beliau kemudian mendirikan pondok atau lembaga pendidikan di berbagai penjuru  Pulau Lombok, yang kemudian dibina secara langsung. Kurang lebih dua puluh tahun setelah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, yaitu pada tahun 1953, beliau kemudian mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan, yang dalam bahasa beliau untuk menjaga lembaga lembaga pendidikan yang telah didirikan sebelumnya dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat selanjutnya.  Saya kira, Nahdlatul Watahan ini adalah organisasi modern pertama di Lombok; yang didirikan oleh putra sasak sendiri. Dikatakan modern karena sedari awal sudah membentuk struktur kepengurusan dari pusatnya di Pancor sampai ke tingkat yang paling bawah di desa atau bahkan di dusun yang disebut cabang, anak cabang, dan bahkan ranting.

Putra NTB ke empat yang mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra Utama dari negara adalah Dr. TGH. M. Zainul Majdi, MA, gubernur NTB saat ini. Berbeda dengan dua gubernur NTB sebelumnya yang mendapatkan anugrerah tersebut di kala menjabat pada periode kedua beliau masing-masing, Tuan Guru Bajang mendapatkan anugerah tersebut pada saat memimpin sebagai gubernur pada periode pertama, pada tahun keempat masa kepemimpinan beliau.

Menurut Pak Drs. H. Rusdi, Kepala Dinas Koperasi dan UKM yang mendampingi pak Gub ketika menerima anugerah tersebut menceriterakan bahwa awalnya beliau diusulkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM untuk mendapatkan anugerah Bintang Jasa Utama, karena jasa beliau yang dinilai luar biasa dalam membina dan membangun perkoperasian di Nusa Tenggara Barat. Keberanian beliau untuk mengkuantifikasi berbagai sasaran dan target pembangunan, termasuk visi membangun 2000 Koperasi Berkualitas dan Penciptaan Seratus Ribu Wirausaha Baru merupakan titik awal yang dipertimbangkan oleh kementrian sehingga mengusulkan beliau untuk mendapatkan Bintang Jasa Utama; setelah pada tahun sebelumnya diberikan penghargaan sebagai pembina koperasi terbaik nasional.

Setelah usulan ke Dewan Tanda Kehormatan RI di tingkat nasional, setelah mengevaluasi  berbagai prestasi dan penghargaan yang sebelumnya pernah di terima oleh Gubernur NTB, seperti di bidang pariwisata, ketenagakerjaan, penanggulangan kemiskinan, pembangunan industri kerajinan rakyat, dan lain-lain (lebih dari 30 macam penghargaan) nampaknya  Dewan Tanda Kehormatan RI memandang Gubernur NTB dapat ditingkatkan bintangnya, menjadi Bintang Mahaputra Utama. Sebelum bersidang, tentu ada Tim Verifikasi  mengadakan kunjungan lapangan ke NTB, berdialog dengan berbagai komponen masyarakat yang dianggap dapat menjadi sumber informasi yang sahih untuk memverifikasi berbagai informasi tertulis yang ada.  Konon tim tersebut datang ke NTB lebih dari satu kali. Termasuk menemui dan berdialog langsung dengan pak Gubernur.

Tanggapan TGB
Dalam sebuah pengajian di Pancor, TGB menyatakan rasa syukur atas anugerahdari negara yang demikian tinggi kepada beliau; apalagi penghargaan seperti itu sangat terbatas anggota masyarakat yang menerimanya.  “namun semua ini tidak terlepas dari kerja keras semua fihak para pelaku pembagunan di daerah NTB, termasuk para Bupat Walikota, para kepala SKPD, dan tentu masyarakat sendiri.  Dengan kerja keras dan kebersamaanlah hampir semua indikator yang telah dicanangkan dalam RPJMD kita dapat kita capai; minimal sudah dalam arah yang benar. On the right track,” ungkap beliau dengan rendah hati, jauh dari bahasa yang terkesan membusungkan dada.  Tidak banyak gubernur yang mendapatkan anugerah seperti itu dari negara.  Salah satunya adalah Bapak Gamawan Fauzi ketika menjabat sebagai Gubernur Sumatra Barat, pada tahun 2009, sebelum kemudian beliau diangkat menjadi Mendagri. Selamat pak Gub atas anugerah yang luar biasa ini; semoga ini dapat menginspirasi kita semua di NTB untuk menuju NTB yang lebih baik, lebih beriman dan berdaya saing di masa masa mendatang. Wallahu ‘alam bissawab. (Denpasar, 10 Sep 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar