BINTANG MAHAPUTRA UTAMA
Oleh Dr. H. Rosiady Sayuti
Mungkin tidak pernah
terbayangkan sebelumnya oleh masyarakat NTB, termasuk saya kira pak Gubernur
NTB sendiri, kalau pada suatu saat beliau akan mendapat anugrah Bintang
Mahaputra Utama dari negara. Suatu penghargaan yang konon untuk masyarakat
sipil sebagai penghargaan yang tertinggi. Hanya setingkat di bawah Bintang
Republik Indonesia, yang biasanya diberikan kepada Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia dan orang orang yang jasanya
sangat luar biasa kepada negara dan bangsa.
Didalam penjelasan resmi
tentang jenis jenis penghargaan yang dikeluarkan oleh sekretariat negara,
dikatakan bahwa Bintang Mahaputra Utama dianugerahkan kepada seseorang yang “berjasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa di suatu bidang tertentu di
luar bidang militer. Pengertian berjasa
luar biasa menurut penjelasan Pasal 1 U.U. No. 6 Drt. Tahun 1959 “Jasa-jasa
luar biasa terhadap nusa dan bangsa ialah perbuatan-perbuatan yang bermutu
tinggi yang sangat bermanfaat bagi keselamatan dan kesejahteraan negara.”
Ketika saya membuka lebih
lanjut daftar penerima Bintang Mahaputra Utama sejak tahun 1957 hingga 2007 saya
menemukan ada tiga tokoh Nusa Tenggara
Barat yang pernah menerima Bintang tersebut. Yang pertama adalah Bapak Mayjen
H. Gatot Suherman, sesuai dengan SK Presiden Tanggal 6 Agustus 1986, yang kedua
adalah Bapak Mayjend H. Warsito, SK Presiden Tanggal 11 Agustus 1987, dan ketiga
adalah Almagfulah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, SK Presiden tanggal 4 Nopember 2000.
Kita semua sangat mengenal
ketiga sosok tersebut. Bapak H. Gatot Suherman adalah Gubernur NTB periode
delapan puluhan yang terkenal dengan Bumi Gora-nya, karena telah berhasil
membalik citra NTB dari langganan kelaparan alias kekuarangan beras, menjadi
penghasil dan penyumbang swasembada
beras. Beliau disebut langsung oleh Presiden Suharto dalam pidatonya pada sidang
FAO pada tahun 1984 sebagai gubernur yang berhasil melaksanakan pola pertanian
gogorancah; sehingga produksi beras di Nusa Tenggara Barat meningkat
signifikan. Bahkan disebutkan sebagai salah satu provinsi yang menyumbangkan produksi
beras sehingga Indonesia mengalami swasembada beras sejak tahun 1984.
Mayor Jenderal Warsito, yang
menjadi gubernur NTB setelah Bapak H. Gatot Suherman, adalah sosok yang dikenal
keras dan tegas dalam memimpin NTB namun juga humanis. Beliau dinilai berhasil
dalam melanjutkan berbagai program pembangunan yang telah dirintis oleh
pendahulunya, utamanya dalam kaitannya dengan upaya melestarikan program
swasebada beras; sehingga NTB tidak hanya ber swasembada, namun sedikit demi
sedikit mampu memberikan kelebihan produksi yang dimiliki untuk didistribusikan
ke daerah daerah lain di Indonesia yang membutuhkan. Dengan kata lain , beliau mampu
menjadikan NTB sebagai lumbung pangan nasional, khususnya beras.
Tokoh ketiga yang diberikan
anugerah Bintang Mahaputra Utama oleh negara adalah almagfurlah TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Majid. Tokoh yag sangat gigih berjuang membangun masyarakat
lewat jalur pendidikan. Sejak kepulangan beliau dari menuntut ilmu di Mekah, tahun 1933, jauh sebelum Indonesai merdeka,
beliau telah mendirikan lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren namun
dengan sistem klas modern, yang beliau namakan Madrasah Nadlatul Wathan Diniyah
Islamiyah, untuk santri laki laki dan kemudian Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah
Islamiyah bagi kaum perempuan. Mungkin beliaulah tokoh pertama dari bumiputra
yang melaksanakan sistem pendidikan seperti itu berbeda dengan para tuan guru
seangkatan beliau di Lombok ini, yang memilih sistem pendidikan non klas;
karena menganggap bahwa sistem klas dalam pendidikan itu adalah sistem penjajah. Kalau dari perspektif gender, saya yakin
beliaulah yang pertama di NTB bahkan mungkin di Indonesai Timur yang mendirikan
lembaga pendidikan khusus untuk perempuan.
Melalui murid murid beliau
pada angkatan awal, beliau kemudian mendirikan pondok atau lembaga pendidikan
di berbagai penjuru Pulau Lombok, yang
kemudian dibina secara langsung. Kurang lebih dua puluh tahun setelah
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, yaitu pada tahun 1953, beliau kemudian
mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan, yang dalam bahasa beliau untuk menjaga
lembaga lembaga pendidikan yang telah didirikan sebelumnya dan mengembangkannya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat selanjutnya. Saya kira, Nahdlatul Watahan ini adalah
organisasi modern pertama di Lombok; yang didirikan oleh putra sasak sendiri.
Dikatakan modern karena sedari awal sudah membentuk struktur kepengurusan dari
pusatnya di Pancor sampai ke tingkat yang paling bawah di desa atau bahkan di
dusun yang disebut cabang, anak cabang, dan bahkan ranting.
Putra NTB ke empat yang
mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra Utama dari negara adalah Dr. TGH. M.
Zainul Majdi, MA, gubernur NTB saat ini. Berbeda dengan dua gubernur NTB
sebelumnya yang mendapatkan anugrerah tersebut di kala menjabat pada periode
kedua beliau masing-masing, Tuan Guru Bajang mendapatkan anugerah tersebut pada
saat memimpin sebagai gubernur pada periode pertama, pada tahun keempat masa
kepemimpinan beliau.
Menurut Pak Drs. H. Rusdi,
Kepala Dinas Koperasi dan UKM yang mendampingi pak Gub ketika menerima anugerah
tersebut menceriterakan bahwa awalnya beliau diusulkan oleh Kementrian Koperasi
dan UKM untuk mendapatkan anugerah Bintang Jasa Utama, karena jasa beliau yang
dinilai luar biasa dalam membina dan membangun perkoperasian di Nusa Tenggara
Barat. Keberanian beliau untuk mengkuantifikasi berbagai sasaran dan target
pembangunan, termasuk visi membangun 2000 Koperasi Berkualitas dan Penciptaan
Seratus Ribu Wirausaha Baru merupakan titik awal yang dipertimbangkan oleh
kementrian sehingga mengusulkan beliau untuk mendapatkan Bintang Jasa Utama;
setelah pada tahun sebelumnya diberikan penghargaan sebagai pembina koperasi
terbaik nasional.
Setelah usulan ke Dewan Tanda
Kehormatan RI di tingkat nasional, setelah mengevaluasi berbagai prestasi dan penghargaan yang
sebelumnya pernah di terima oleh Gubernur NTB, seperti di bidang pariwisata,
ketenagakerjaan, penanggulangan kemiskinan, pembangunan industri kerajinan rakyat,
dan lain-lain (lebih dari 30 macam penghargaan) nampaknya Dewan Tanda Kehormatan RI memandang Gubernur
NTB dapat ditingkatkan bintangnya, menjadi Bintang Mahaputra Utama. Sebelum
bersidang, tentu ada Tim Verifikasi mengadakan kunjungan lapangan ke NTB,
berdialog dengan berbagai komponen masyarakat yang dianggap dapat menjadi
sumber informasi yang sahih untuk memverifikasi berbagai informasi tertulis
yang ada. Konon tim tersebut datang ke
NTB lebih dari satu kali. Termasuk menemui dan berdialog langsung dengan pak
Gubernur.
Tanggapan TGB
Dalam sebuah pengajian di
Pancor, TGB menyatakan rasa syukur atas anugerahdari negara yang demikian
tinggi kepada beliau; apalagi penghargaan seperti itu sangat terbatas anggota
masyarakat yang menerimanya. “namun
semua ini tidak terlepas dari kerja keras semua fihak para pelaku pembagunan di
daerah NTB, termasuk para Bupat Walikota, para kepala SKPD, dan tentu
masyarakat sendiri. Dengan kerja keras
dan kebersamaanlah hampir semua indikator yang telah dicanangkan dalam RPJMD
kita dapat kita capai; minimal sudah dalam arah yang benar. On the right
track,” ungkap beliau dengan rendah hati, jauh dari bahasa yang terkesan
membusungkan dada. Tidak banyak gubernur
yang mendapatkan anugerah seperti itu dari negara. Salah satunya adalah Bapak Gamawan Fauzi
ketika menjabat sebagai Gubernur Sumatra Barat, pada tahun 2009, sebelum
kemudian beliau diangkat menjadi Mendagri. Selamat pak Gub atas anugerah yang
luar biasa ini; semoga ini dapat menginspirasi kita semua di NTB untuk menuju
NTB yang lebih baik, lebih beriman dan berdaya saing di masa masa mendatang.
Wallahu ‘alam bissawab. (Denpasar, 10 Sep 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar