Jumat, 19 Desember 2014

Membangun Berbasis IPTEK


Membangun Berbasis IPTEK
Oleh Dr. Rosiady Sayuti

Banyak hal yang sangat menarik dan membedakan perayaan Hari Ulang Tahun NTB yang ke 56 tanggal 17 Desember kemarin. Disamping ada terjun payung oleh para penerjun dari TNI Angkatan Udara, juga diberikan penghargaan kepada warga NTB yang telah berprestasi di berbagai bidang.  Salah satu bidang tersebut adalah bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada kelompok mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa yang menang dalam lomba International Genetically Enginered Machine di Boston, Amerika Serikat; ada yang mendapatkan penghargaan dalam ajang International Children’s Art Exibition, ada yang berhasil menemukan beragam teknologi tepat guna, seperti Mobile Switch Controller, Desain Kompor Gas, Tadon Air Teron (Taron),  Mensin Pengering Gabah/jagung, dan penemu oven kopi, dan lain-lain. Beberapa tahun yang lalu ada anak SMA yang menemukan cara ngecas HP sambil berjalan, ada yang dapat mengubah arus listrik dari AC ke DC dan sebaliknya.  Mungkin masih banyak lagi deretan inovasi yang telah ditelorkan oleh anak-anak kita dari NTB.

Hal tersebut menunjukkan bahwa anak bangsa dari NTB tidak kalah dibandingkan dengan anak- anak dari daerah lain, dalam hal inovasi berbasis ilmu pengetahuan. Ini adalah suatu modal utama yang perlu dikelola dalam rangka menuju apa yang disebut oleh teman-teman dari Kementrian Ristek, Knowledge Base Community, atau masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Masyarakat yang dalam kesehariannya selalu akrab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Dengan kata lain, masyarakat yangramah IPTEK.  Kalaupun hingga saat ini NTB masih dalam urutan bawah terkait rangking IPM, tidak berarti kita tidak boleh mengejar daerah lain dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan pemanfaat IPTEK dalam membangun daerah.  SDM kita yang berkualitas relatif banyak. Baik yang berada di Perguruan Tinggi yang ada di NTB, maupun di lembaga-lembaga penelitian di daerah ini. Dan sesungguhnya, ikhtiar kita untuk ke arah itu sudah dimulai, dengan dicanangkannya Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di NTB oleh Menteri Riset dan Teknologi RI, Prof. Gusti Muhammad Hatta pada tahun 2012 yang lalu di kawasan RPH Banyumulek. Teknologi yang diluncurkan sebagai unggulan SiDa di NTB kala itu adalah IB sexing.  Dengan teknologi tersebut, peternak dapat mengikhtiarkan jenis kelamin anak sapi yang diinginkan.  Jantan atau betina.  Belakangan Unram juga dipercaya untuk menjadi Center of Excellence Pengembangan Ternak Besar di kawasan Nusa Tenggara, mengalahkan pesaingnya dari Universitas Udayana dan Nusa Cendana

Apa itu SIDa?

Untuk mendorong daerah dan masyarakat menjadi ramah IPTEK, artinya mampu menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat yang dipergunakan dalam membangun, Kementrian Riset dan Tenologi memiliki program yang dikenal dengan SIDa, atau Sistem Inovasi Daerah. SIDa ini
merupakan sebuah pola pendekatan pembangunan daerah yang dilakukan secara sistemik dan sistematis. Melalui pendekatan pembangunan SIDa ini, akan tumbuh di daerah daya inovasi dari masyarakat, yang ‘dipancing melalui suatu teknologi tertentu untuk pengembangan suatu kooditas tertentu.

NTB dengan potensi bibit sapi yang sudah dikenal luas di Indonesia, harus dapat mempertahankan dan mengembangkan diri sedemikian rupa, dengan berbagai cara, agar gelar sebagai gudang bibit sapi tersebut dapat berkelanjutan.  IB sexing, yang diperkenalkan sebagai salah satu teknologi untuk pengembangan bibit sapi tersebut, haruslah kemudian memasyarakat.  Tidak sampai uji coba di laboratorium saja. Demikian pula teknologi lainnya, seperti teknologi pakan ternak dan sarana produksi lainnya.

Demikian juga dalam hal pengembangan komoditas unggulan lainnya, seperti jagung dan rumput laut. Pengembangan komoditas tersebut tidak dapat lagi dilaksanakan secara tradisional.   Baik untukmeningkatkan jumlah secara kuantitatif, maupun dalam rangka kita memperbaiki mutu atau kualitas.  Hasil-hasil peneltiain selama ini yang terkait dengan haltersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.  Kalangan PT atau para peneliti di lembaga-lembaga penelitian harus secara sadar, memperkenalkan teknologi yang mereka miliki.  Interaksi antara para peneliti dengan para pengguna teknologi, para ketani, hendaknya menjadi lebih intens lagi.  Di sisi lain,  sikap ramah ilmu pengetahuan dan teknologi, hendaknya menjadi sikap masyarakat kita secara keseluruhan.   Indikatornya adalah secepat apa masyarakat kita dapat mengadopsi teknologi yang relevan dengan kebutuhan mereka dalam berproduksi.  Indikator lainnya adalah seperti apa budaya baca masyarakat kita sekarang ini.   Karena budaya baca atau budaya tulis ini meruapakan salah satu persyaratan bagi terwujudnya masyarakat yang ramah IPTEK (knowledge based community).

Kehadiran SIDa di daerah hendaknya dapat dimanfaatkan untuk menuju masyarakat yang ramah IPTEK.  Teknologi yang dikembangkan melalui SIDa ini juga tentu tidak terbatas pada apa yang telah dilaksanakan di awal berdirinya SIDa yang kebetulan dukungan dananya juga berasal dari Kementrian Ristek.  Idealnya, SIDa ini terus dikembangkan menjadi program daerah, yang sumber pendanaannya berasal dari APBD. Baik provinsi maupun kabupaten/kota. Karena manfaatnya sudah sangat jelas, dalam rangka meningkatkan produktivitas masyarakat.  Disamping itu, melalui SIDa ini juga akan meningkatkan daya saing daerah. Tujuan lainnya adalah dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor. Pada saat yang sama, dengan SIDa ini diharapkan dapat terwujud adanya kebijakan yang berlandaskan asas keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.  Bukan sekedar ‘running bussiness as usual.’ Wallahu a’lam bissawab.