SAYANGI MATARAM: SATU KELURAHAN SATU MILIAR, MUNGKINKAH?
Oleh Dr. H. Rosiady Sayuti
Dalam sebuah diskusi tentang bagaimana membangun masyarakat
di daerah perkotaan, muncul istilah Saransami, yang merupakan singkatan dari
Satu Kelurahan Satu Milyar. Ada gagasan untuk memberikan alokasi dana dari
Pemkot ke Pemerintahan Kelurahan sebesar satu milyar rupiah per tahun. Dengan
dana sebesar itu diharapkan kemandirian masyarakat berbasis kelurahan atau
lingkungan di perkotaan kota Mataram akan makin cepat dapat diwujudkan. Kelurahan akan makin kreatif dan produktif dalam
menggagas dan melaksanakan berbagai program yang terkait langsung dengan persoalan-persoalan
di masyarakat. Mulai dari program
percepatan penanggulangan kemiskinan, persoalan kebersihan, pengangguran, pedagang kaki lima, kali
bersih, dan lain-lain. Juga hal-hal
terkait dengan pendidikan dan kesehatan.
Cukup banyak hal-hal yang selama ini ‘tersentralisir’ di Pemkot, akan
‘didesentralisasikan,’ sehingga menjadi lebih mudah dan murah, dan tentu akan menjadi
lebih efektif.
Dengan Saransami ini, diharapkan partisipasi masyarakat
dalam menyelesaikan permasalahan di tingkat kelurahan akan makin tinggi. Pak Lurah akan memiliki dana untuk berkreasi
dan berinovasi terkait dengan pembangunan sumberdaya manusia, maupun untuk
menciptakan lingkungan yang bersih.
Sebagian dari dana tersebut dapat diperuntukkan untuk menjamin setiap
anak usia sekolah di kelurahannya harus berada di bangku sekolah. Tidak ada yang tidak ber sekolah atau drop
out. Kreatitivitas para pemudanya dalam
berbagai kegiatan olah raga dan kesenian juga terfasilitasi. Tidak ada waktu yang sia-sia bagi para
pemuda. Kegiatan posyandu dan program seribu hari kehidupan manusia yang
diharapkan menghasilkan manusia unggul masa depan juga dapat terjamin. Tidak ada ibu hamil atau keluarga yang punya
balita, yang tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Demikian pula di bidang kesehatan dan sanitasi
lingkungan. Tidak ada warga yang sakit, yang tidak tersentuh aparat kesehatan.
Tidak ada rumah yang tidak punya MCK, dan lain-lain. Dana saransami ini dapat juga dipergunakan
untuk memfasilitasi atau menstimuli perbaikan rumah tidak layak huni. Semua
informasi berbasis IT.
Intinya, melalui kebijakan Saransami ini, partisipasi masyarakat
dalam pembangunan sosial dan ekonomi bahkan juga agama dan budaya akan makin
bergairah. Dana saransami ini juga
dapat dijadikan pemancing untuk meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam
membangun masyarakat. CSR dari berbagai
perusahaan yang bergerak di kota akan dapat dioptimalkan dan disinergikan. Demikian pula dana dari Pemerintah pusat
ataupun pemerintah provinsi.
Pertanyaannya kemudian adalah untuk Kota Mataram, mungkinkah
saransami ini dilaksanakan? Jawabannya
adalah sangat mungkin. Dari mana danya? Ya dari APBD Kota Mataram.
Sebagai gambaran, APBD Kota Mataram tahun 2015 (yang sedang
jadi wacana itu) adalah sebesar kurang lebih 1,1 T. Jumlah kelurahan di Mataram 50. Jadi kalau Saransami dilaksanakan, kita hanya
butuh dana 50 M. Untuk biaya koordinasi kecamatan juga dialokasikan satu milyar
per kecamatan, dengan 6 kecamatan, maka kita hanya butuh 56 M.
Dengan Saransami, kita tidak mengurangi pembiayaan untuk
sektor pendidikan, kesehatan, ataupun penanggulangan kemiskinan. Kita hanya mengubah
sistem pengelolaannya saja. Bahkan kita akan memperkuat sistem pengelolaan
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di kelurahan ataupun lingkungan,
yang selama ini masih banyak tidak dapat diselesaikan dengan baik, ataupun
tidak ‘terjangkau.’ Katakanlah untuk pemeliharaan jalan lingkungan yang
seringkali berlubang atau tidak terurus, dengan Saransami ini akan menjadi
lebih terurus. Atau terjadinya banjir setiap hujan turun agak lama. Ada fleksibilitas yang dapat diatur tanpa
melanggar aturan keuangan yang ada.
Tujuannya adalah agar masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk dapat
sekedar menutup lubang atau memperbaiki sarana prasarana umum yang memerlukan
penanganan sederhana dan cepat.
Kelembagaan adat dan sosial keagamaan juga diharapkan lebih
hidup dan dinamis. Demikian pula halnya
dengan kelompok-kelompok kesenian dan olahraga yang menjadi ranah anak-anak muda.
Ada porsi khusus dari Saransami yang diperuntukkan untuk mereka.
Terkait dengan penanggulangan kemiskinan dan penanganan para
lansia, melalui Saransami ini juga dapat dilaksanakan dengan lebih
kreatif. Pemberian santunan bagi warga
lansia, para orang tua jompo, maupun keluarga miskin yang sudah tidak produktif
lagi akan dapat diatur dengan baik. Pelibatan para relawan muda dan mereka yang
peduli akan menjadi kian efektif dan
produktif. Dengan demikian, saya membayangkan, masyarakat akan menjadi makin
dinamis. Yang lebih penting lagi adalah
semua menjadi merasa memiliki kota ini; bersama-sama membangun kota ini. Dan kalau sudah ini tercipta, maka tidak akan
sulit untuk mengajak siapapun bekerja, bergotong royong memelihara kota,
membangun kota, menyayangi kota. Mari
kita sayangi kota mataram ini. Meniru ucapan Prabowo, kalau bukan kita, siapa
lagi; kalau bukan sekarang, kapan lagi. Wallahu a’lam bissawab.