MEMBANGUN MATARAM BERBASIS KOTA CERDAS
Oleh Dr. Rosiady Sayuti
Kota Cerdas atau smart City adalah suatu paradigma baru
dalam pembangunan perkotaan. Maksudnya
adalah bagaimana sebuah kota dapat dibangun berdasarkan atau dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mulai dari perencanaannya, sampai pada upaya pelayanan pada masyarakat
atau public service nya. Secara sederhana, Kota Cerdas atau Smart City dapat
didefinisikan sebagai upaya kota untuk meningkatkan kualitas layanan kepada
warganya maupun untuk meningkatkan partisipasi warganya dalam pembangunan
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi.
Beberapa sektor pembangunan yang dapat memanfaatkan ITC ini
dalam praktek adalah sektor kependudukan, seperti layanan KTP dan perizinan,
sektor transportasi umum, pendidikan, kesehatan, dan pengelolaan sampah dan
air. Bahkan sektor keamanan juga dapat
memanfaatkan teknologi komunikasi informasi ini. Sebagai ilustrasi, ketika tinggal di Amerika
Serikat tahun sembilan puluhan, ada kawan yang mendadak harus dibawa ke rumah
sakit, dia menelpon ke 911. Dalam waktu sekitar lima menit, ambulans dan
perawat datang ke apartemennya, untuk memberikan perawatan. Bahkan pada saat
yang sama, datang juga patroli polisi dan pemadam kebakaran. Rupanya sistem yang dibangun, ketika menelpon
ke 911, yang menerima dan merespons tidak hanya bagian kesehatan darurat, tapi
juga pos jaga kepolisian dan pemadam kebakaran. Ini salah satu bentuk layanan
cepat tanggap pemerintah terhadap kebutuhan warga yang membutuhkan.
Dengan sistem ITC ini pula kita dapat melaksanakan deteksi
dini terhadap berbagai kebutuhan dan kondisi masyarakat. Katakanlah terhadap kebutuhan hidup
sehari-hari masyarakat prasejahtera.
Dengan penerapan sistem ini akan dapat terdeteksi sekiranya ada rumah
tangga atau keluarga prasejahtera yang tidak memiliki sesuatu untuk dikonsumsi
pada hari itu. Dalam bahasa yang lebih
canggih, dengan penerapan sistem kota cerdas, negara dapat kita hadirkan kapan
saja masyarakat membutuhkan. Bahkan untuk hal-hal yang sifatnya pribadi
sekalipun. Bukankah kewajiban negara
atau pemerintah untuk melindungi segenap tumpah darah bangsa indonesia, dan
memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga prinsipnya, tidak boleh ada warga
yang merasa terabaikan hak-haknya. Siapapun dia, baik dari keluarga berada
maupun yang tidak berpunya.
Pelibatan swasta dan relawan
Salah satu faktor kunci keberhasilan Walikota Bandung saat
ini adalah kemampuannya dalam membangun partisipasi masyarakat, khususnya dunia
swasta dalam menggerakkan pembangunan.
Ternyata, dengan sentuhan pendekatan yang tepat, partisipasi dunia
swasta luar biasa besarnya. Disamping
itu, dia juga dapat menggerakkan mahasiswa, pemuda, dan unsur generasi muda
lainnya untuk turut serta terlibat langsung dalam mengatasi berbagai persoalan
yang dihadapi kota Bandung. Ada rasa
bangga ikut membangun kota yang ditumbuhkan di kalangan para pemuda tersebut,
sehingga mereka secara pro aktif dan sukarela menyumbangkan tenaga dan fikirannya
dalam membantu pemerintah membangun masyarakat. Ridwan Kamil berhasil membangun
kesadaran warganya, bahwa kota Bandung adalah milik bersama seluruh warga yang
harus dijaga dan dipelihara bersama, kebersihannya, kenyamanannya, ketahanan
warga dan masyarakatnya, dan lain-lain sebagainya. Intinya, dia berhasil membangkitkan
kepedulian warga Bandung akan keberadaan kotanya. Dengan kata lain, melalui penerapan sistem
Kota Cerdas atau Smart City ini, pak walikota berhasil membangun ‘Rasa Sayang’
warganya terhadap kotanya.
Bagaimana dengan Mataram?
Apabila dibandingkan dengan Bandung, tentu Mataram lebih
sederhana. Penduduknya lebih sedikit dan wilayahnya lebih sempit. Artinya, kalau di Bandung bisa, Mataram
harusnya pasti bisa. Apalagi dewasa ini pengguna HP di Mataram hampir merata di
setiap rumah tangga. Ini adalah modal
infrastruktur utama. Tinggal ‘menempelkan’ sistem aplikasi sesuai dengan
program yang diterapkan maka selesailah urusan smart city. Mulai dari urusan
ambulans untuk menjemput warga yang membutuhkan, urusan layanan pendidikan
anak-anak, sampai pada urusan patroli polisi untuk membantu warga yang
kerampokan ataupun kebakaran yang tiba-tiba, ataupun juga urusan kebersihan
kota yang sering bermasalah. Dengan luas
areal jangkauan kota Mataram yang relatif sempit, maka tidak ada alasan bagi
petugas negara untuk tidak sampai ke TKP sesegera mungkin.
Dengan sistem smart city ini, tidak diperlukan petugas
patroli lalu lalang setiap saat di lingkungan pemukiman, yang dapat menjadi
penyumbang kemacetan lalu lintas. Mereka cukup stand by di posko masing-masing.
Bahkan dengan sistem relawan yang juga dapat dikembangkan, petugas-petugas
terkait dapat saja berasal dari warga setempat, sehingga pertolongan pertama
atau respons darurat dapat segera secara real time dapat dilaksanakan. Mari
membangun kota dengan kebersamaan. Mari bangun rasa bangga menjadi warga kota
Mataram, dan rasa bangga telah turut serta didalam membantu warga yang
membutuhkan. Sekecil apapun bantuan itu. Mari Sayangi Mataram.Wallahu a’lam
bissawab. (Jkt 14/07/15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar