“MENGINDONESIAKAN” NTB
Oleh Dr. Rosiady Sayuti
Kepala BAPPEDA NTB
Ketika megumumkan
kesediaannya untuk maju kembali menjadi
Gubernur NTB periode 2013-2018 pada tanggal 16 Oktober lalu, Dr. TGH M.
Zainul Majdi menjelaskan tiga alasan utamanya.
Pertama, kata beliau, karena dorongan dari berbagai lapisan masyarakat
yang menghedaki beliau untuk tampil kembali, dengan berbagai alasan. Kedua,
karena ingin melanjutkan ikhtiar untuk menuntaskan berbagai program yang telah
berjalan dan sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ketiga, ungkap beliau, dan ini yang menarik
menurut saya, “saya ingin memperbaiki posisioning NTB di tingkat
nasional.” Dengan bahasa lain, beliau
ingin mengangkat derajat dan martabat Nusa Tenggara Barat agar sejajar dengan
daerah daerah lain di Indonesia, yang sudah lebih maju. Katakanlah mengambil
propinsi terdekat kita, seperti Bali, atau Jawa Timur.
Mengapa Bali dan juga Jawa
Timur, atau propinsi lainnya di bagian barat Indonesia demikian maju pesat,
jauh meninggalkan propinsi lain di Indonesai Bagian Timur, termasuk NTB, NTT,
Maluku, dan lain-lain, karena selama ini politik anggarana di Indonesai
menggunakan azas jumlah penduduk. Karena
daerah daerah di Indonesia bagian timur ini jumlah penduduknya jauh lebih sedikit
dari daerah bagian barat Indonesia, maka jumlah dana yang digelontorkan pusat
ke propinsi di bagian barat jauh lebih besar dibandingkan dengan yang bagian
timur. Dengan besaran dana seperti
tiulah yang kemudian menyebabkan berbagai fasilitas infrastruktur di KBI jauh
lebih baik dari daerah daerah KTI. Akibatnya, investasi yang masuk ke KBI jauh
lebih banyak, dibandingkan dengan investasi di KTI.
Bukti paling ‘anyar’ terkait
masalah ‘positioning’ ini adalah struktur pendanaan dalam proyek MP3EI. Kalau dilihat dari besaran total investasi
yang diperlukan (baca:dialokasikan) untuk tiga propinsi yang masuk dalam
koridor V, yaitu Bali, NTB, dan NTT; maka yang paling sedikit adalah Bali. Namun, kalau dilihat dari proporsi APBNnya,
maka Bali lah yang paling banyak.
Makanya, tidak mengherankan kalau pada tahun 2012-2013 ini, suasana Bali
hiruk pikuk dengan proyek MP3EI, khususnya konektivitas, sementara NTB dan NTT
masih adem ayem.
Itulah salah satu contoh,
betapa ‘positioning’ Bali di tingkat nasional, harus kita akui, jauh lebih baik
di bandingkan dengan kita di NTB atupun NTT.
Dan itulah saya kira, yang dimaksudkan oleh TGB ketika menyatakan akan
maju lagi dalam Pilkada NTB 2013 yang akan datang. Beliau menyadari, apa yang telah beliau lakukan
selama ini, sejak menjadi gubernur NTB 2008 yang lalu, beliau rasakan masih
bisa untuk ditingkatkan. Meski kita,
rakyat NTB, sudah menikmati BIL, bypass menuju BIL, yang insya Allah akan
diperpanjang sampai Kota Mataram, bendungan Pandanduri Swangi juga sudah
memasuki fase kontruksi utama, APDN yang megah akan segera nampak di Lombok
Tengah, Embarkasi dan disembarkasi penuh
haji, jalan negara mulus dari Ampenan sampai Sape, dan lain-lain, yang
kesemuanya itu tidak mungkin terjadi tanpa turun tangan Gubernur secara langsung
ke pusat; namun beliau menganggap posisi
tawar NTB di pusat masih belum maksimal.
Masih banyak ikhtiar yang harus ditingkatkan, agar berbagai agenda besar
membangun NTB ini dapat segera terwujud.
Ada bendungan Rababaka Komplek di Dompu, Dam Mujur Dua di Lombok Tengah,
Bintangbano di KSB, perpanjangan runway dan perluasan bandara Salahuddin Bima
dan Kaharuddin Sumbawa, pembangunan Global Hub di Kayangnan KLU, pembangunan
kawasan Samota (Teluk Saleh, Moyo, dan Tambora), kajian jalan alternatif
Mataram - Lombok Timur yang sudah sangat padat, membangun Mataram Metro sebagai
gerbang wisata nasional, meningkatkan daya tarik berbagai destinasi wisata
andalan di NTB, dan lain-lain.
Demikian pula ikhtiar untuk
mewujudkan masyarakat NTB yang beriman dan berdaya saing. Tentu pekerjaan yang tidak mudah dan
memerlukan waktu yang panjang. Membuat
perencanaan dan melaksanakan serta pada waktunya mengevaluasi apakah tingkat
kecerdasan dan daya saing para pelajar, mahasiswa, dan pemuda NTB telah
meningkat atau malah jalan ditempat, tentu perlu waktu. Tidak mungkin dapat diketahui dalam waktu
setahun dua tahun. Karena memang, investasi di sektor pendidikan dan kesehatan
itu, menurut para ekonom, adalah long
term investment.
Kalaupun dalam empat tahun
terakhir ini NTB telah berhasil menurunkan angka buta huruf, angka drop out
sekolah, pengangguran, angka kematian bayi, dan lain-lain, tentu merupakan
modal awal yang baik untuk melangkah ke peningkatan kualitas sumberdaya
manusia. Lima tahun ini tentu berbagai
program yang dilaksanakan masih dalam rangka meletakkan dasar yang kokoh dan
memperbanyak mereka yang terkena sasaran program. Belum banyak bicara daya saing, atau
kualitas. Istilah TGB, kita belum banyak bisa bicara soal “marwah.”
Kata “marwah” itulah yang beliau
ungkapkan ketika mentargetkan sepuluh medali emas dalam PON yang baru baru ini
berhasil diraih. Melalui potensi dan
perjuangan keras para atlet, ternyata kita mampu menaikkan posisi NTB dalam
kancah olah raga nasional. Melalui olah raga itulah, masyarakat Indonesia
kemudian mengetahui dan mengakui beradaan NTB dalam percaturan olah raga
nasional. Pada akhirnya, kita berada pada posisi ke 12 (yang PON sebelumnya
rangking 26) dalam deretan propinsi propinsi peraih medali, adalah sesuatu yang
patut dibanggakan. Artinya NTB telah
menempatkan dirinya di atas rata-rata nasional. Ada dua puluh propinsi lain
yang posisinya di bawah posisi NTB.
Posisi NTB dalam berbagai
sektor pembangunan juga terus membaik. Penghargaan demi penghargaan dapat
diraih di bidang koperasi, ketenaga kerjaan, transmigrasi, pariwisata, bahkan
infrastruktur jalan dan tata ruang juga terus meningkat. Dari posisi yang tidak disebutkan, dapat
meningkat menjadi posisi yang disebutkan; apakah dalam peringkat lima besar,
juara tiga bahkan juara satu. Di bidang
binamarga misalnya, tahun lalu NTB menempati peringkat ketiga se
Indonesia. Ini karena kebijakan percepatan
jalan propinsi dan komitmen pemerintah daerah lainnya, terkait dengan
pemeliharaan jalan dan jembatan yang menjadi kewenangan propinsi. Tahun 2012 ini, NTB masuk nominasi 3 besar
dalam bidang tataruang. Konon juara satu, insya Allah. NTB juga telah ditetapkan menjadi pilot
percontohan pembangunan jalan propinsi yang didukung Australia dengan nilai
investasi sampai 1,2 T dalam kurun waktu lima tahun, sejak 2013.
Demikian pula halnya dalam
bidang penanggulangan kemiskinan, penanganan masalah ketenagakerjaan,
penciptaan kewirausahaan baru, dan lain-lain.
Posisi NTB terus membaik. Namun semua itu belum cukup untuk mempercepat laju
pembangunan di NTB, sehingga kemiskinan dan pengangguran menjadi terentaskan. Belum cukup untuk meningkatkan kapasitas
fiskal di NTB seperti yang direncanakan dalam RPJMD, sehingga semua program
tertunaikan; belum cukup untuk menambah
dana pusat yang masuk ke NTB atau untuk menarik dana investasi non pemerintah
sebanyak banyaknya ke NTB, sehingga semua tenaga kerja dipekerjakan.
Artinya, menurut perspesi
TGB, masih perlu kerja lebih keras lagi untuk memperbaiki posisioning NTB di
tingkat nasional. Sehingga, jalan jalan propinsi dan kabupaten yang ada di NTB
menjadi seratus persen mantap; arus barang dan jasa menjadi makin lancar;
kawasan mandalika dan pariwisata lainnya mulai terbangun, dan bandara kita
menjadi makin rame dengan tujuan penerbangan dalam dan luar negeri makin banyak
pula. Pertumbuhan ekonomi juga makin
baik dengan makin banyaknya industri olahan hasil pertanian di setiap kabupaten
kota di NTB; jumlah turis mancanegara maupun nusantara makin melimpah, sehingga
masyarakat pelaku wisata menjadi meningkat kesibukan dan penghasilannya. Dengan kata lain, posisi ekonomi NTB sama
atau bahkan di atas rata-rata poisisi ekonomi nasional.
Itulah saya kira, yang dimaksudkan
oleh TGB, dengan bahasa, meningkatkan posisi NTB di kancah nasional yang dalam
bahasa penulis, “mengindonesiakan NTB.”
Kalau kondisi NTB sudah seperti itu, maka tidaklah perlu lagi warga NTB
mengais rizki di negeri orang hanya untuk menyambung hidupnya dan keluarganya.
Bahkan orang dari luar NTB yang akan berlomba lomba mendatangi NTB, untuk
mendapatkan penghasilan yang layak dan penuh berkah, seiring dengan masuknya
para investor seperti yang mulai terjadi akhir-akhir ini, insya Allah. Walllahu ‘alam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar