Rabu, 18 September 2013

MENGINDONESIAKAN NTB


“MENGINDONESIAKAN” NTB

Oleh Dr. Rosiady Sayuti
Kepala BAPPEDA NTB

Ketika megumumkan kesediaannya untuk maju kembali menjadi  Gubernur NTB periode 2013-2018 pada tanggal 16 Oktober lalu, Dr. TGH M. Zainul Majdi menjelaskan tiga alasan utamanya.  Pertama, kata beliau, karena dorongan dari berbagai lapisan masyarakat yang menghedaki beliau untuk tampil kembali, dengan berbagai alasan. Kedua, karena ingin melanjutkan ikhtiar untuk menuntaskan berbagai program yang telah berjalan dan sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.  Ketiga, ungkap beliau, dan ini yang menarik menurut saya, “saya ingin memperbaiki posisioning NTB di tingkat nasional.”  Dengan bahasa lain, beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Nusa Tenggara Barat agar sejajar dengan daerah daerah lain di Indonesia, yang sudah lebih maju. Katakanlah mengambil propinsi terdekat kita, seperti Bali, atau Jawa Timur.  

Mengapa Bali dan juga Jawa Timur, atau propinsi lainnya di bagian barat Indonesia demikian maju pesat, jauh meninggalkan propinsi lain di Indonesai Bagian Timur, termasuk NTB, NTT, Maluku, dan lain-lain, karena selama ini politik anggarana di Indonesai menggunakan azas jumlah penduduk.  Karena daerah daerah di Indonesia bagian timur ini jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dari daerah bagian barat Indonesia, maka jumlah dana yang digelontorkan pusat ke propinsi di bagian barat jauh lebih besar dibandingkan dengan yang bagian timur.  Dengan besaran dana seperti tiulah yang kemudian menyebabkan berbagai fasilitas infrastruktur di KBI jauh lebih baik dari daerah daerah KTI. Akibatnya, investasi yang masuk ke KBI jauh lebih banyak, dibandingkan dengan investasi di KTI.

Bukti paling ‘anyar’ terkait masalah ‘positioning’ ini adalah struktur pendanaan dalam proyek MP3EI.  Kalau dilihat dari besaran total investasi yang diperlukan (baca:dialokasikan) untuk tiga propinsi yang masuk dalam koridor V, yaitu Bali, NTB, dan NTT; maka yang paling sedikit adalah Bali.  Namun, kalau dilihat dari proporsi APBNnya, maka Bali lah yang paling banyak.  Makanya, tidak mengherankan kalau pada tahun 2012-2013 ini, suasana Bali hiruk pikuk dengan proyek MP3EI, khususnya konektivitas, sementara NTB dan NTT masih adem ayem.

Itulah salah satu contoh, betapa ‘positioning’ Bali di tingkat nasional, harus kita akui, jauh lebih baik di bandingkan dengan kita di NTB atupun NTT.   Dan itulah saya kira, yang dimaksudkan oleh TGB ketika menyatakan akan maju lagi dalam Pilkada NTB 2013 yang akan datang.  Beliau menyadari, apa yang telah beliau lakukan selama ini, sejak menjadi gubernur NTB 2008 yang lalu, beliau rasakan masih bisa untuk ditingkatkan.  Meski kita, rakyat NTB, sudah menikmati BIL, bypass menuju BIL, yang insya Allah akan diperpanjang sampai Kota Mataram, bendungan Pandanduri Swangi juga sudah memasuki fase kontruksi utama, APDN yang megah akan segera nampak di Lombok Tengah,  Embarkasi dan disembarkasi penuh haji, jalan negara mulus dari Ampenan sampai Sape, dan lain-lain, yang kesemuanya itu tidak mungkin terjadi tanpa turun tangan Gubernur secara langsung ke pusat;  namun beliau menganggap posisi tawar NTB di pusat masih belum maksimal.  Masih banyak ikhtiar yang harus ditingkatkan, agar berbagai agenda besar membangun NTB ini dapat segera terwujud.  Ada bendungan Rababaka Komplek di Dompu, Dam Mujur Dua di Lombok Tengah, Bintangbano di KSB, perpanjangan runway dan perluasan bandara Salahuddin Bima dan Kaharuddin Sumbawa, pembangunan Global Hub di Kayangnan KLU, pembangunan kawasan Samota (Teluk Saleh, Moyo, dan Tambora), kajian jalan alternatif Mataram - Lombok Timur yang sudah sangat padat, membangun Mataram Metro sebagai gerbang wisata nasional, meningkatkan daya tarik berbagai destinasi wisata andalan di NTB, dan lain-lain.

Demikian pula ikhtiar untuk mewujudkan masyarakat NTB yang beriman dan berdaya saing.  Tentu pekerjaan yang tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang.  Membuat perencanaan dan melaksanakan serta pada waktunya mengevaluasi apakah tingkat kecerdasan dan daya saing para pelajar, mahasiswa, dan pemuda NTB telah meningkat atau malah jalan ditempat, tentu perlu waktu.  Tidak mungkin dapat diketahui dalam waktu setahun dua tahun. Karena memang, investasi di sektor pendidikan dan kesehatan itu, menurut para ekonom, adalah long term investment.

Kalaupun dalam empat tahun terakhir ini NTB telah berhasil menurunkan angka buta huruf, angka drop out sekolah, pengangguran, angka kematian bayi, dan lain-lain, tentu merupakan modal awal yang baik untuk melangkah ke peningkatan kualitas sumberdaya manusia.  Lima tahun ini tentu berbagai program yang dilaksanakan masih dalam rangka meletakkan dasar yang kokoh dan memperbanyak mereka yang terkena sasaran program.  Belum banyak bicara daya saing, atau kualitas. Istilah TGB, kita belum banyak bisa bicara soal “marwah.” 

Kata “marwah” itulah yang beliau ungkapkan ketika mentargetkan sepuluh medali emas dalam PON yang baru baru ini berhasil diraih.  Melalui potensi dan perjuangan keras para atlet, ternyata kita mampu menaikkan posisi NTB dalam kancah olah raga nasional. Melalui olah raga itulah, masyarakat Indonesia kemudian mengetahui dan mengakui beradaan NTB dalam percaturan olah raga nasional. Pada akhirnya, kita berada pada posisi ke 12 (yang PON sebelumnya rangking 26) dalam deretan propinsi propinsi peraih medali, adalah sesuatu yang patut dibanggakan.  Artinya NTB telah menempatkan dirinya di atas rata-rata nasional. Ada dua puluh propinsi lain yang posisinya di bawah posisi NTB.

Posisi NTB dalam berbagai sektor pembangunan juga terus membaik. Penghargaan demi penghargaan dapat diraih di bidang koperasi, ketenaga kerjaan, transmigrasi, pariwisata, bahkan infrastruktur jalan dan tata ruang juga terus meningkat.  Dari posisi yang tidak disebutkan, dapat meningkat menjadi posisi yang disebutkan; apakah dalam peringkat lima besar, juara tiga bahkan juara satu.   Di bidang binamarga misalnya, tahun lalu NTB menempati peringkat ketiga se Indonesia.  Ini karena kebijakan percepatan jalan propinsi dan komitmen pemerintah daerah lainnya, terkait dengan pemeliharaan jalan dan jembatan yang menjadi kewenangan propinsi.  Tahun 2012 ini, NTB masuk nominasi 3 besar dalam bidang tataruang. Konon juara satu, insya Allah.  NTB juga telah ditetapkan menjadi pilot percontohan pembangunan jalan propinsi yang didukung Australia dengan nilai investasi sampai 1,2 T dalam kurun waktu lima tahun, sejak 2013. 

Demikian pula halnya dalam bidang penanggulangan kemiskinan, penanganan masalah ketenagakerjaan, penciptaan kewirausahaan baru, dan lain-lain.  Posisi NTB terus membaik. Namun semua itu belum cukup untuk mempercepat laju pembangunan di NTB, sehingga kemiskinan dan pengangguran menjadi terentaskan.   Belum cukup untuk meningkatkan kapasitas fiskal di NTB seperti yang direncanakan dalam RPJMD, sehingga semua program tertunaikan;  belum cukup untuk menambah dana pusat yang masuk ke NTB atau untuk menarik dana investasi non pemerintah sebanyak banyaknya ke NTB, sehingga semua tenaga kerja dipekerjakan.

Artinya, menurut perspesi TGB, masih perlu kerja lebih keras lagi untuk memperbaiki posisioning NTB di tingkat nasional. Sehingga, jalan jalan propinsi dan kabupaten yang ada di NTB menjadi seratus persen mantap; arus barang dan jasa menjadi makin lancar; kawasan mandalika dan pariwisata lainnya mulai terbangun, dan bandara kita menjadi makin rame dengan tujuan penerbangan dalam dan luar negeri makin banyak pula.  Pertumbuhan ekonomi juga makin baik dengan makin banyaknya industri olahan hasil pertanian di setiap kabupaten kota di NTB; jumlah turis mancanegara maupun nusantara makin melimpah, sehingga masyarakat pelaku wisata menjadi meningkat kesibukan dan penghasilannya.  Dengan kata lain, posisi ekonomi NTB sama atau bahkan di atas rata-rata poisisi ekonomi nasional.

Itulah saya kira, yang dimaksudkan oleh TGB, dengan bahasa, meningkatkan posisi NTB di kancah nasional yang dalam bahasa penulis, “mengindonesiakan NTB.”  Kalau kondisi NTB sudah seperti itu, maka tidaklah perlu lagi warga NTB mengais rizki di negeri orang hanya untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Bahkan orang dari luar NTB yang akan berlomba lomba mendatangi NTB, untuk mendapatkan penghasilan yang layak dan penuh berkah, seiring dengan masuknya para investor seperti yang mulai terjadi akhir-akhir ini,  insya Allah. Walllahu ‘alam bissawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar