Catatan Kecil dari Calgary, Canada
Oleh Dr. Rosiady Sayuti
Memang ini baru pertama kali
saya ke Calgary, Canada. Sebuah kota di
panati barat, dekat denngan Vancouver.
Dengan penduduk sekitar 1,2 juta, Calgary termasuk kota terbesar ketiga
di Canada. Calgary ini lahir atau terbentuk sebagai kota pada tahun 1884 dengan
Walikota pertamanya bernama George Murdoch.
Kota ini berkembang dengan pesat denganbangunan-bangunan tingginya pada
tahun 1970an, sebagai berkah dari oil boom.
Maklum penghasilan provinsi ini sebagian besar dari tambang minyak dan
pertanian.
Kota ini cukup indah. Pernah menjadi tuan rumah olimpiade musim
dingin tahun 1988. Karenanya di kota ini
ada dibangun sebuah taman, untuk mengenang oeristiwa itu. Namanya Olympic Park. Kebetulan dekat sekali dengan hotel tempat
saya menginap.
Seperti halnya kota kota lain
di Amerika atau Kanada, ‘settingan’ kotanya sudah standar. Ada gedung gedung
perkantoran tinggi. Jalan-jalan raya tertata rapi. Ada monorail atau kereta
apai yang membawa penumpang dari ujung ke ujung dalam kota. Ada juga bus kota.
Bahkan juga bus dan kereta api antar kota. Kota ini menjadi pusat kereta api Canada
sejak tahun 1996, pindah dari Montreal.
Yang menarik, dan mungkin
bisa kita tiru adalah penataan jalan-jalan di pusat keramaian. Ada jalan-jalan lebar yang merupakan lorong
antara pusat pertokoan yang diperuntukkan hanya untuk pejalan kaki saja. Tidak boleh ada kendaraan lewat disitu. Pengerasannya
juga tidak pakai aspal. Ada tempat
tempat duduk yang disediakan. Jadi
semacam taman di tengah pusat perbelanjaan.
Saya membayangkan kalau jalan
antara perlimaan di ampenan menuju pantai ampenan dibuat seperti itu. Bolehlah ada kendaraan yang lewat di situ,
tapi kecepatannya tidak boleh lebih lima atau sepuluh km per jam. Sehingga tidak menghawatirkan bagi pejalan
kaki. Karena kalau dilarang, kasian
mereka yang tinggal di kampung di sekitarnya.
Atau mereka yang mau menikmati pantai juga bisa pakai mobil. Nah,
samping kanan kirinya dipenuhi oleh para penjual souvenir ataupun rumah makan
aneka rasa. Tentu perlu dana dan waktu. Karena untuk orang datang ke sana, pasti
harus dibangun daya tariknya yang khas. Ini yang perlu difikirkan bersama. Gagasan pak wali untuk menghidupkan Ampenan
sebagai kota tua sudah tepat. Kalau jadi dibangun pelabuhan pariwisata di Ampenan,
dapat menjadi daya tarik tersendiri.
Wisatawan dari Bali yang mau ke Lombok bisa mendarat di sana. Kalaupun mereka tidak menginap, tapi dengan
dibangunnya berbagai sarana pariwisata dan perbelanjaan di Ampenan, uang mereka
bisa ‘dikuras’ di situ.
Mesti dibangun juga pusat
pertunjukan tetap. Apakah untuk kesenian
tradisional ataupun modern. Ini juga
bagian dari upaya membangun daya tarik bagi wisatawan. Saya pernah terlibat dalam perencanaan pembangunan
Museum Bahari di Ampenan. Mungkin ini
juga dapat ditelaah kembali kemungkinannya.
Museum bahari ini penting, mengingat Ampenan adalah salah satu jendela
dunia untuk nusantara pada masa lalu. Sebuah kota yang sangat terkenal. Bahkan namanya mungkin lebih dikenal dari
pada pulau Lombok.
Kembali ke Calgary. Saya sempat menikmati taman olimpiade, atau
Olympic Park. Tidak terlalu luas tapi
cukup indah. Ada kolam dangkal ditengah
tengah taman yang bisa disinggahi oleh burung-burung. Yang menarik, ada bangunan yang terdiri dari
pagar-pagar dengan atap yang terbuka. Di sisi pagar atau temboknya terdapat
nama-nama para peraih medali olimpiade yang berasal dari Kanada dari masa ke
masa. Baik olimpiade musim panas, musim
dingin, ataupun olimpiade khusus bagi penyandang cacat.
Di sini saya berfikir, bagus
juga kalau kita juga dapat memberikan penghargaan bagi para peraih medali PON
kita dari masa ke masa dengan mengukir nama mereka di lempengan tembaga dan
meletakkannya di taman-taman seperti Olympic Parknya Calgaryitu. Supaya anak
cucu kita tidak kehilangan jejak. Jangan sampai mereka tidak tahu, kalau pernah
ada, putra putri terbaik kita dari NTB yang bisa meraih medali dalam even
bergengsi seperti PON. Bahkan dalam PON
2012 lalu, demikian banyak medali yang diraih.
Sayang sekali kalau nama-nama itu hanya berlalu begitu saja, tanpa
pernah kita ukir di sebuah prasasti yang monumental. Ini juga akan memberikan inspirasi
tersendiri bagi mereka, para generasi muda kita. Agar bisa berprestasi, bahkan lebih tinggi
dari para pendahulunya.
Saya juga sempat naik ke
Calgary Tower, yang tingginya sekitar 190,8 meter. Tower ini didirikan tahun 1967 dan diresmikan
pada bulan Juni 1968. Untuk naik, kita
bayar 16 dolar per orang. Di atas, di
bawah area observasi ada restoran berputar.
Cuma restoran ini selalu penuh. Kalau mau makan di situ, harus pesan
jauh-jauh hari sebelumnya. Dikatakan berputar,
karena memang tempat duduknya selalu
bergerak berputar, 360 derajat. Makanya
diberi nama Restoran 360 derajat.
Dari ketinggian 190 meter
itu, kita dapat menikmati Kota Calgary seluruhnya. Kalau pakai teleskop, yang disediakan secara
gratis, kita bisa melihat bangunan-bangunan di pinggir kota, sampai sejauh dua
puluh kilometer. Di bagian lantai bawah,
ada toko souvenir, tempat untuk membeli oleh-oleh. Tentu oleh oleh khas Calgary. Meskipun
sebagian besar Made in China.
Yang menarik, di
dinding-dinding menara ini, dipajang foto-foto lama, yaitu sewaktu menara itu
dibuat. Artinya ada semacam diorama
proses pembangunan menara itu, dari mulai peletakan batu pertama, sampai
peletakan kuadron puncaknya. Di sini
saya teringat bangunan Islamic Center kita yang saat ini sedang dibangun. Termasuk pembangunan menara Asmaul Husna-nya,
yang tingginya 99 meter itu (jadi setengah dari Calgary Tower). Foto-foto dokumentasi masa-masa kontruksinya
harus diamankan dan nanti dipajang di tempat yang khusus disediakan untuk itu,
di dalam area IC tersebut.
Jam di tangan saya
menunjukkan hampir pukul 21.00. tapi sinar matahari masih nampak. Rupanya magrib di Calgary pk. 21.55 sementara
matahari terbit pk 05.20. Artinya,
matahari di peraduannya hanya lima atau enam jam saja. Merasa sudah capek, kami kembali ke hotel,
istirahat. Esoknya harus presentasi,
menyampaikan gagasan yang terkait dengan ikhtiar membangun Generasi Emas NTB di
masa masa mendatang, melalui Hibah Kompetisi senilai dua juta dollar di Grand
Challenge Canada yang cukup bergengsi. Insya
Allah. (Calgary, Canada)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar