Rabu, 18 September 2013

Antara MDGs dan IPM


ANTARA MDG’s DAN IPM
Oleh Dr. Rosiady Sayuti


Sungguh kami tak menyangka sama sekali kalau apa yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi bersama Pemkab/Pemkot se NTB dalam kurun waktu 2009-2012 ini mendapat apresiasi luar biasa dari Pemerintah Pusat, cq BAPPENAS.  NTB dinobatkan sebagai Juara Satu untuk pencapaian MDGs (Millenium Development Goals atau Tujuan Pembangunan Millenium) 2009-2012 secara akumulatif; Juara Satu untuk berbagai kategori 2009-2011 dan Juara Satu untuk keberhasian menurunkan tingkat Kedalaman Kemiskinan 2009-2011.  Sungguh sebuah prestasi yang Tepat Waktu, karena diberikan diakhir periode RPJMD 2009-2013; tahun terkahir kepemimpinan Bapak Tuan Guru Bajang bersama Bapak Haji Badrul Munir.  Juara Satu artinya, pecapaian Nusa Tenggara Barat terkait dengan program percepatan MDGs yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia, adalah yang terbaik.

Apa itu MDG’s?
Millenium Development Goals atau Tujuan Pembangunan Millenium merupakan komitmen seluruh kepala pemerintahan di dunia (189 negara) yang dirumuskan dan ditanda tangani oleh para Kepala Pemerintahan di Maras Besar PBB di New York pada awal tahun 2000, awal mulainya abad ke 21.  Isi dari komitment tersebut ada 8 (delapan) butir besar sebagai tujuan, yaitu: (1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; (2) Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua; (3) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan perempuan; (4) Menurunkan Angka Kematian Anak; (5) Meningkatkan Kesehatan Ibu; (6) Mengendalikan HIV-AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; (7) Menjamin kelestarian Lingkungan Hidup; dan (8) Mengembangkan kemitraan pembangunan di tingkat global.  Dari delapan tujuan tersebut, dikembangkan menjadi 18 target dan 48 indikator.

Dari tujuan satu, misalnya, dirinci menjadi tiga target: (1a)
setiap negara harus dapat mengurangi angka kemiskinan, yaitu mereka yang berpenghasilan kurang dari satu dolar per hari, hingga setengahnya dari kondisi tahun 1990 hingga tahun 2015. (1b)  setiap negara harus mampu menyediakan lapangan kerja bagi semua, termasuk perempuan dan anak muda; (1c) pengurangan angka kelaparan sampai setengahnya dari kondisi antaran tahun 1990-2015.

Untuk Tujuan ke dua, dibidang pendidikan, targetnya pada tahun 2015 semua anak usia sekolah hingga SMP dapat menamatkan pendidikannya.  Sementara untuk tujuan ketiga, target yang harus dicapai adalah pada tahun 2015, tidak ada perlakuan berbeda antara murid laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan dasar dan menengah.

Di bidang kesehatan, tujuan ke empat, targetnya adalah menurunkan hingga dua per tiga angka kematian Balita, antara 1990-2015.  Sedangkan tujuan ke lima, targetnya adalah menurunkan hingga tiga perempat, kematian ibu melahirkan, antara 1990-2015. Dan seterusnya, baik untuk tujuan ke enam, tujuh dan delapan. Semua ada target terukur dan indikator yang lebih rinci. 

Pemerintah Pusat, dalam hal ini Bappenas dan BPS mengevaluasi berbagai capaian yang diraih oleh seluruh pmerintah daerah; antara tahun 2009 hingga tahun 2012. Baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun penanggulangan kemiskinan.  Di bidang pendidikan misalnya, NTB termasuk tertinggi pencapaiannya di bandingkan dengan daerah lain di  Indonesia.  Kita telah berhasil dengan sangat sukses menaikkan angka partisipasi sekolah di tingkat SD-SMP bahkan SMA. Untuk APS tingkat SD dan sederajat, pada tahun 2008 sebesar 97,25%, meningkat menjadi  97,76% pada tahun 2011.  Pada saat yang sama untuk drop out sekolah, berhasil diturunkan dari angka 1,17% (2008) menjadi 0,90% (2011). Sedangkan tingkat SMP, APS meningkat dari 85,57% (2008) menjadi 91,52% (2011). Untuk angka drop out menurun dari 5,25% (2008) menjadi 0,92% (2011).

Di bidang kesehatan, kasus-kasus kematian bayi, balita, maupun kematian ibu melahirkan di NTB juga menurun. Angka kematian bayi menurun dari 72 per seribu kelahiran hidup 2007 menjadi 55 per seribu kelahiran hidup tahun 2011. Demikian pula angka kematian ibu melahirkan telah menurun dari posisi 320 per seratus ribu kelahiran hidup menjadi 268 per seratus ribu kelahiran hidup tahun 2011.

Terkait dengan penanggulangan kemiskinan, NTB berhasil meraih juara satu sebagai daerah paling tinggi tingkat pengurangan kedalaman kemiskinannya.  NTB berhasil menurunkan tingkat kedalaman kemiskinan dari 3,33% pada tahun 2011 menjadi 3,19% pada tahun 2012. Angka kemiskinan sendiri berhasil secara signifikan diturunkan dari  23,81% pada tahun 2008 menjadi 18,02% pada tahun 2012. Artinya dalam empat tahun terakhir, NTB tetap dapat menurunkan angka kemiskinan di atas satu persen per tahun. Ini menempatkan NTB sebagai salah satu daerah yang termasuk progresif dalam program penanggulangan kemiskinan.  Data terkait pemerataan pembangunan yang diukur dengan Gini Ratio juga menunjukkan kecenderungan positif, semakin merata. Bahkan lebih baik dari rata-rata nasional. Gini ratio NTB 0,3 sedangkan nasional 0,4.

Empat penghargaan utama yang diraih oleh Pemerintah Daerah NTB di arena Musrenbangnas 2013, termasuk Penghargaan Perencana Terbaik (anugerah Pangripta Nusantara Utama) menjadi pelengkap dari berbagai penghargaan yang telah diraih oleh Gubernur NTB sebelumnya.  Penghargaan dalam berbagai indikator MDGs seperti yang  dijelaskan di depan, sesungguhnya dapat menjawab secara langsung berbagai kritikan terkait IPM. Karena MDGs sesungguhnya lebih luas dari IPM.  Kalau IPM hanya menyangkut Pendidikan, Kesehatan, dan Paritas Daya Beli, maka MDGs lebih luas dari itu. Memang secara akumulatif, berbagai indikator ataupun nilai indeks yang diraih NTB masih berada di bawah provinsi lain; namun dalam hal progress atau percepatan pertambahan atau peningkatan nilainya, NTB yang dinilai paling cepat meningkat atau paling tinggi peningkatannya. Wallahu ‘alam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar