ANGKA KEMISKINAN NTB TURUN LAGI, alhamdulillah
Oleh Dr. Rosiady Sayuti
Ketika pertama kali
mendengar release BPS NTB bahwa angka prosentase kemiskinan di NTB telah
menurun di bawah dua puluh persen, yaitu pada posisi 19,87% pada tahun 2011,
Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur NTB sangat senang. Itu artinya, apa yang beliau
harapkan ketika mula pertama memimpin NTB telah menunjukkan tanda tanda
keberhasilan.
Saya ingat betul, dalam salah satu arahannya, pak Gubernur
menyatakan bahwa “apapun yang kita laksanakan dalam membangun daerah ini,
muaranya adalah pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan penurunanan angka
kemiskinan. Tidak ada artinya infrastruktur yang hebat, jalan, jembatan
listrik, irigasi, dan lain-lain, jika kita tidak bisa menekan angka
pengangguran dan menurunkan angka kemiskinan.”
Beliau memang sangat ‘concern’ dengan masalah kemiskinan ini. Sebagai Tuan Guru, suatu ketika beliau
ditanya oleh jemaah, apakah mungkin kemiskinan itu ditiadakan dari muka bumi,
padahal menjadi miskin itu adalah takdir Allah SWT. Sebagai salah seorang jemaah yang hadir dalam
pengajian itu, saya menunggu betul, apa yang akan beliau jelaskan. Karena
seringkali saya mendengar dalam pengajian kalau mereka yang hidupnya miskin
justru nanti akan bersama Nabi masuk surga.
Menjawab pertanyaan tersebut, beliau tentu menjelaskan atas
dasar Qur’an dan hadits Nabi. Beiau menyatakan bahwa ……”adalah benar, miskin
itu adalah takdir Allah. Tapi jangan lupa, menjadi kaya juga adalah takdir
Allah. Berpulang kepada kita, mahluk yang namanya manusia ini. Yang diberikan
keistimewaan akal oleh Allah SWT. Apakah
mau menjadi miskin atau berihtiar agar bisa menjadi kaya. Sama sama kita
menjemput takdir Allah.” Cukup panjang beliau kemudian memberikan motivasi
kepada jemaah, yang diharapkan dapat membangkitkan semangat ekonomi atau
semangat berproduksi dari masyarakat.
Menurut beliau, tidaklah mungkin kesejahteraan, kekayaan, tingginya
tingkat pendidikan, baiknya derajat
kesehatan masyarakat, dapat kita raih tanpa melalui kerja keras seluruh
penduduk bersama pemerintah. “masing-masing dengan porsi dan tugas pokok
masing-masing,” jelas pak Gubernur dalam kapasitas sebagai Tuan Guru di hadapan
jemaah yang ribuan jumlahnya itu.
Psikologi 20%
Secara sederhana, prosentase kemiskinan di suatu daerah
dapat kita kategorikan menjadi tiga kategori, yaitu di bawah sepuluh persen,
belasan persen, dan diatas dua puluh persen. Kalau meminjam pengklasan dalam
olah raga, di bawah sepuluh persen itu papan atas, belasan persen itu papan
tengah, dan di atas dua puluh persen itu papan bawah. Nah, ketika kita kemudian dapat menembus
angka psikologis itu, maka dari kategori itu, dapatlah kita katakan bahwa kita
telah berubah kategori dalam hal angka kemiskinan ini, dari papan bawah ke
papan tengah. Meskipun harus kita akui
bahwa kalau dilihat dari rangking secara nasional, NTB masih masuk dalam
sepuluh besar daerah yang paling tinggi angka kemiskinannya. Masih relatif jauh dari angka kemiskinan rata
rata nasional yang saat ini sudah berada pada posisi 12 persen. Artinya kita masih harus dapat bekerja lebih
keras lagi, lebih terpadu lagi, dan lebih bersinergis lagi dengan para stakeholders
yang memiliki komitmen yang sama dalam hal penanggulangan kemiskinan ini.
Namun keberhasilan kita untuk menurunkan agka kemiskinan
lebih cepat dari daerah lain (tahun lalu paling cepat ke eempat secara
nasional) hendaknya dapat memotivasi kita untuk bekerja lebih keras lagi. Angka
penurunan rata rata 1.43% per tahun selama tiga tahun berturut turut belakangan
ini, sesungguhnya masih dapat kita ‘genjot’ lagi hingga mencapai penurunan dua
persen per tahun, seperti yang ditargetkan dalam RPJMD. Memang kita masih mengharapkan mulai jalannya
satu mega proyek lagi dalam masa masa ini, yaitu pembangunan kawasan Mandalika
Resort yang dalam rencana, akan menelan investasi sampai 30 trilyun
rupiah. Kalau mega proyek ini dimulai,
insya Allah 2013 ini, maka bukan hal yang tidak mungkin, target penurunan angka
kemiskinan dua persen akan dapat terealisasi.
Tugas kita ke depan, adalah menjaga keamanan dan kenyamanan berinvestasi
dan berkunjung di daerah ini. Kita harus
hindarkan daerah ini dari konflik antara warga, antar kampung atau desa, atau
konflik terbuka lainnya. Karena
pembangunan pariwisata itu sangat rentan dengan hal-hal yang seperti itu. Tidaklah mungkin akan ada orang mau berkunjung
ke suatu tempat yang tidak aman.
Padahal, secara sederhana kita dapat berhitung, bahwa setiap turis yang
berkunjung ke suatu daerah, pasti akan memberikan peluang rezeki kepada lima
aktor ekonomi sekaligus, yaitu: pemilik penginapan, pemilik restoran, penjual
oleh-oleh, pelaku jasa informasi, dan pelaku jasa transportasi. Nah kalau kalau jutaan turis datang bekunjung, maka jutaan orang pula yang
akan menikmati rezeki Allah yang dititipkan melalui turis tersebut.
Selesainya pembangunan Islamic Center di 2014, insya Allah,
pasti juga akan berkontribusi terhadap pembangunan pariwisata ini. Pengalaman beberapa IC yang ada seperti di
Semarang, Samarinda, Depok, dan lain lain menunjukkan hal tersebut. Akan banyak pengunjung dari luar daerah
bahkan luar negeri yang ingin menikmati wisata religi atau wisata spiritual,
sebagai ‘icon’ dari destinasi wisata Islamic Center ini.
Demikian juga dam Pandan Duri di Lombok Timur yang
direncanakan selesai 2014 juga. Akan ada
lebih dari 13 ribu hektar sawah akan berubah sistem irigasi, menjadi irigasi
teknis, dari yang sebelumnya tadah hujan. Ini akan mengubah intensitas dan pola
tanam. Tentu akan menambah rezeki bagi
para pemilik sawah yang akan tergenangi dari dam pandanduri tersebut. Karena desa-desa di sekitar pandanduri ini
adalah salah satu sentra buruh migran, maka akan banyak buruh migran kita yang
di luar negeri akan kembali ke tanah kelahirannya, akan mengelola sawah
ladangnya, sehingga mereka merasa tidak perlu lagi jauh-jauh meninggalkan anak
istri untuk mencari rezeki dan keluar dari jerat kemiskinan. Insya Allah.
Wallahu ‘alam bissawab. (Bima, 13 Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar