Saya
merasa beruntung berapa kali berkesempatan melawat ke Singapura. Sebuah negara
kota, sekaligus negara pulau. Luasnya kurang dari 500 km persegi dengan berpenduduk
sekitar 4 juta orang.‘kompensasi’ antara Lee Kuan Yew dengan saingan politiknya
di Malaysia. Menjadi negara berdaulat sejak tahun 1959 (punya pemerintahan
sendiri 3 Juni 1959, terpisah dari Malaysia, 9 Agustus 1965). Pada saat itu
penduduk Singapura berjumlah 1,6 juta orang yang terdiri dari tiga etnik
mayoritas, yaituChina, Melayu, dan India. Meski secara konstitusi bahasa resmi
negara adalah melayu – sebagaimanahalnya Malaysia, namun dalam keseharian
mereka lebih fasih berbahasa Inggris.
Telah menjadi
rahasia umum bahwa terdapat perbedaan kultur antara negara yang dijajah oleh
Inggris dibandingkan dengan negara yang dijajah oleh Belanda. Intinya, konon,
negara Inggris sangat memperhatikan pendidikan penduduk negara yang dijajah.
Sementara Belanda kurang perhatian. Kalaupun ada, tidak terlalu banyak. Dan
tentu sangat selektif.
Tidak
semua orang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan, yang paling bawah
sekalipun. Sementara Inggris, konon, memberikan kesempatan luas bagi negeri
yang dijajah untuk mengenyam pendidikan. Itulah sebabnya, lembaga lembaga
pendidikan di negara negara jajahan Inggris berkembang dengan baik. Dampaknya,
mungkin ini hikmahnya, Bahasa Inggris menjadi berkembang juga di negara negara
terjajah dan dipertahankan menjadi second
language di kemudianhari. Contohnya Malaysia dan Singapura, menyebut negara
terdekat. Juga India. SementaraBelanda
tidak demikian. Dan itu juga mungkin yang menyebabkan Bahasa Belanda tidak
berkembang di negeri eks jajahannya seperti halnya Bahasa Inggris.
Ketika
berdiri menjadi sebuah negara, posisi penduduk Singapura tercatat berjumlah
1.646.000orang. Proporsi penduduknya kira kira sebagai berikut: Cina 74,1
persen, India 9,2 persen, Melayu13,4 persen dan lainnya 3,3 persen pada tahun
2010. Bentuk pemerintahannya adalah parlementer, dimana presiden hanya sebagai
Kepala Negara, sementara Kepala Pemerintahannya dipegang oleh Perdana Menteri.
Pada posisi itulah Lee Kuan Yew mulai membangun Singapura sejak 5 Juni 1959
hingga dia melengserkan diri pada 28 November 1990 untuk kemudian menjadi
Menteri Senior yang tetap berpengaruh terhadap pemerintahan Singapura.
Membangun
dengan keterbatasan sumberdaya alam, Singapura tentu mengandalkan dua hal,
yaitu sumberdaya manusia dan letaknya yang strategis sebagai semenanjung
yangdilewati oleh mereka yang akan melintasi: antara Eropah dan Asia Barat ke
Asia Timur atau keAustralia. Itulah sebabnya pelabuhan laut Singapura merupakan
pelabuhan terpadat kedua di dunia, setelah Pelabuhan Shanghai. Untuk saat ini,
hanya melalui pintu Singapura-lah kapal-kapal dunia itu berlayar mengangkat
barang-barang dari Eropah ke Asia Timur, Australia atau sebaliknya. Pada suatu
ketika, pasti kapal kapal tersebut akan jenuh dan memerlukanalternatif alur
laut yang lain.
Faktor
lainnya adalah karena bobot atau tonase dari kapal kapal laut makin lama
menjadi makin besar dan makin berat. Menurut Dr Son Diamar, ahli kelautan yang
pernah menjadi deputi di Bappenas, saat ini tengah dbangun kapal kapal type
PostPanamax dengan panjang 4,5 kali lapangan sepakbola (450m), melebihi 300.000
DWT dan mampu membawa kontainer 13.000s Tus yang tentu tidak bisa melewati
Selat Malaka. Merekaharus mencari aternatif lain. Yaitu yang dikenal dengan
Alur Laut Kepulauan Indonesia 2 atau ALKI 2 yang menyusuri Samudra Hindia di
bagian bawah Sumatra, kemudian belok di Selat Sunda menuju Selat Lombok dan
terus ke utara melewati selat Sulawesi dan ke Laut China Selatan. Pada saat
itu, Lombok menjadi pilihan paling tepat untuk disinggahi.
Seperti
hasil kajian yang kini tertuang dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), Lombok adalah salah satu tempat yang
cocok untuk dibangun suatu Global Hub (persinggahan kapal kapal dunia). Apakah
untuk mengisi bahan bakar, atau sekadar beristirahat dari perjalanan panjang
mereka dari benua Eropah atau Asia Barat. Atau bahkan untuk menurunkan atau
menaikkan barang. Persis seperti kondisi
Singapura di tahun 1959 ketika mereka mulai membangun negerinya.
Itulah
sebabnya, ketika berkesempatan mengunjungi Singapura, saya berhayal bahwa suatu
ketika, Lombok akan menjelma menjadi Singapura Besar. Mengapa besar, karena
memang luas pu- launya sepuluh kali luas Singapura, sementara jumlah
penduduknya hampir sama. Yang beda adalah kualitas SDMnya. Itulah sebabnya, masalah
pendidikan SDM ini harus menjadi prioritas utama.
Kita harus
segera mengejar kemajuan yang ada di depan mata dan meninggalkan berbagaimacam
hal yang menyebabkan kita tertinggal. Masalah buta aksara, masalah drop out
pendidikan, masalah kesempatan kerja dan peluang usaha dan lain lainnya,
haruslah kita akseleratifkan. Dan kita sudah “on the way” sekarang ini. Bahwa
belum nampak secara signifikan hasilnya, ya memangkita harus sabar. Investasi
pendidikan tidak dapat kita rasakan dampaknya dalam kurun waktu satudua tahun.
Paling cepat lima tahun, bahkan lebih. Karena urutan berikutnya adalah
dampaknya terhadap pola fikir masyarakat. Pola fikir yang akan membawa
masyarakat mewujudkan suatu bentuk peradaban modern.
Oleh
karena itu sangat tidak masuk akal kalau ada orang yang menafikan sektor
pendidikan, ketika ingin membangun budaya ataupun peradaban. Pendidikan itulah
kuncinya.Malaysia dan Singapura mulai menerapkan 20 bahkan 25 % APBN nya untuk
pendidikan sejak tahun 70 an. Sedangkan Indonesia tahun 2000 an. NTB sendiri
sejak tahun 2009, sehingga wajar kalau ada perbedaan di berbagai bidang antara
kita dan kedua negara tersebut hari ini.
Namun
tidak ada kata terlambat dalam membangun. Ampenan ataupunkawasan Kayangandi
KLU, Insya Allah akan segera men- jelma menjadi salah satu faktor pembangkit
pembangunan di Lombok. Seperti halnya Ampenan atau Pelabuhan Carik di masa
jayanya tempo doeloe. Tentu dengan wajah yang lebih modern. Mirip-mirip dengan
pelabuhan yang ada di Singapura hari ini. Namun kedepan, akan lebih besar,
lebih ramai dan tentu akan membawa masyarakatnya lebih maju dan lebih
sejahtera. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar