Kamis, 17 April 2014

MEMBANGUN SINGAPURA BESAR BERNAMA LOMBOK



Saya merasa beruntung berapa kali berkesempatan melawat ke Singapura. Sebuah negara kota, sekaligus negara pulau. Luasnya kurang dari 500 km persegi dengan berpenduduk sekitar 4 juta orang.‘kompensasi’ antara Lee Kuan Yew dengan saingan politiknya di Malaysia. Menjadi negara berdaulat sejak tahun 1959 (punya pemerintahan sendiri 3 Juni 1959, terpisah dari Malaysia, 9 Agustus 1965). Pada saat itu penduduk Singapura berjumlah 1,6 juta orang yang terdiri dari tiga etnik mayoritas, yaituChina, Melayu, dan India. Meski secara konstitusi bahasa resmi negara adalah melayu – sebagaimanahalnya Malaysia, namun dalam keseharian mereka lebih fasih berbahasa Inggris.

Telah menjadi rahasia umum bahwa terdapat perbedaan kultur antara negara yang dijajah oleh Inggris dibandingkan dengan negara yang dijajah oleh Belanda. Intinya, konon, negara Inggris sangat memperhatikan pendidikan penduduk negara yang dijajah. Sementara Belanda kurang perhatian. Kalaupun ada, tidak terlalu banyak. Dan tentu sangat selektif.

Tidak semua orang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan, yang paling bawah sekalipun. Sementara Inggris, konon, memberikan kesempatan luas bagi negeri yang dijajah untuk mengenyam pendidikan. Itulah sebabnya, lembaga lembaga pendidikan di negara negara jajahan Inggris berkembang dengan baik. Dampaknya, mungkin ini hikmahnya, Bahasa Inggris menjadi berkembang juga di negara negara terjajah dan dipertahankan menjadi second language di kemudianhari. Contohnya Malaysia dan Singapura, menyebut negara terdekat. Juga India.  SementaraBelanda tidak demikian. Dan itu juga mungkin yang menyebabkan Bahasa Belanda tidak berkembang di negeri eks jajahannya seperti halnya Bahasa Inggris.

Ketika berdiri menjadi sebuah negara, posisi penduduk Singapura tercatat berjumlah 1.646.000orang. Proporsi penduduknya kira kira sebagai berikut: Cina 74,1 persen, India 9,2 persen, Melayu13,4 persen dan lainnya 3,3 persen pada tahun 2010. Bentuk pemerintahannya adalah parlementer, dimana presiden hanya sebagai Kepala Negara, sementara Kepala Pemerintahannya dipegang oleh Perdana Menteri. Pada posisi itulah Lee Kuan Yew mulai membangun Singapura sejak 5 Juni 1959 hingga dia melengserkan diri pada 28 November 1990 untuk kemudian menjadi Menteri Senior yang tetap berpengaruh terhadap pemerintahan Singapura.

Membangun dengan keterbatasan sumberdaya alam, Singapura tentu mengandalkan dua hal, yaitu sumberdaya manusia dan letaknya yang strategis sebagai semenanjung yangdilewati oleh mereka yang akan melintasi: antara Eropah dan Asia Barat ke Asia Timur atau keAustralia. Itulah sebabnya pelabuhan laut Singapura merupakan pelabuhan terpadat kedua di dunia, setelah Pelabuhan Shanghai. Untuk saat ini, hanya melalui pintu Singapura-lah kapal-kapal dunia itu berlayar mengangkat barang-barang dari Eropah ke Asia Timur, Australia atau sebaliknya. Pada suatu ketika, pasti kapal kapal tersebut akan jenuh dan memerlukanalternatif alur laut yang lain.

Faktor lainnya adalah karena bobot atau tonase dari kapal kapal laut makin lama menjadi makin besar dan makin berat. Menurut Dr Son Diamar, ahli kelautan yang pernah menjadi deputi di Bappenas, saat ini tengah dbangun kapal kapal type PostPanamax dengan panjang 4,5 kali lapangan sepakbola (450m), melebihi 300.000 DWT dan mampu membawa kontainer 13.000s Tus yang tentu tidak bisa melewati Selat Malaka. Merekaharus mencari aternatif lain. Yaitu yang dikenal dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia 2 atau ALKI 2 yang menyusuri Samudra Hindia di bagian bawah Sumatra, kemudian belok di Selat Sunda menuju Selat Lombok dan terus ke utara melewati selat Sulawesi dan ke Laut China Selatan. Pada saat itu, Lombok menjadi pilihan paling tepat untuk disinggahi.

Seperti hasil kajian yang kini tertuang dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), Lombok adalah salah satu tempat yang cocok untuk dibangun suatu Global Hub (persinggahan kapal kapal dunia). Apakah untuk mengisi bahan bakar, atau sekadar beristirahat dari perjalanan panjang mereka dari benua Eropah atau Asia Barat. Atau bahkan untuk menurunkan atau menaikkan barang.  Persis seperti kondisi Singapura di tahun 1959 ketika mereka mulai membangun negerinya.

Itulah sebabnya, ketika berkesempatan mengunjungi Singapura, saya berhayal bahwa suatu ketika, Lombok akan menjelma menjadi Singapura Besar. Mengapa besar, karena memang luas pu- launya sepuluh kali luas Singapura, sementara jumlah penduduknya hampir sama. Yang beda adalah kualitas SDMnya. Itulah sebabnya, masalah pendidikan SDM ini harus menjadi prioritas utama.

Kita harus segera mengejar kemajuan yang ada di depan mata dan meninggalkan berbagaimacam hal yang menyebabkan kita tertinggal. Masalah buta aksara, masalah drop out pendidikan, masalah kesempatan kerja dan peluang usaha dan lain lainnya, haruslah kita akseleratifkan. Dan kita sudah “on the way” sekarang ini. Bahwa belum nampak secara signifikan hasilnya, ya memangkita harus sabar. Investasi pendidikan tidak dapat kita rasakan dampaknya dalam kurun waktu satudua tahun. Paling cepat lima tahun, bahkan lebih. Karena urutan berikutnya adalah dampaknya terhadap pola fikir masyarakat. Pola fikir yang akan membawa masyarakat mewujudkan suatu bentuk peradaban modern.

Oleh karena itu sangat tidak masuk akal kalau ada orang yang menafikan sektor pendidikan, ketika ingin membangun budaya ataupun peradaban. Pendidikan itulah kuncinya.Malaysia dan Singapura mulai menerapkan 20 bahkan 25 % APBN nya untuk pendidikan sejak tahun 70 an. Sedangkan Indonesia tahun 2000 an. NTB sendiri sejak tahun 2009, sehingga wajar kalau ada perbedaan di berbagai bidang antara kita dan kedua negara tersebut hari ini.

Namun tidak ada kata terlambat dalam membangun. Ampenan ataupunkawasan Kayangandi KLU, Insya Allah akan segera men- jelma menjadi salah satu faktor pembangkit pembangunan di Lombok. Seperti halnya Ampenan atau Pelabuhan Carik di masa jayanya tempo doeloe. Tentu dengan wajah yang lebih modern. Mirip-mirip dengan pelabuhan yang ada di Singapura hari ini. Namun kedepan, akan lebih besar, lebih ramai dan tentu akan membawa masyarakatnya lebih maju dan lebih sejahtera. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar