Selasa, 23 Juni 2020

SOCIETY 5.0 DAN COVID-19

SOCIETY 5.0 DAN COVID-19

Oleh Rosiady Sayuti, Ph.D.

Ketua Program Studi Sosiologi

Universitas Mataram

 

 

Ketika melaunching visi baru bangsanya dengan istilah Society 5.0, mengiringi  istilah Industrial Revolution 4.0,  dalam World Economic Forum  yang berlangsung di Osaka Jepang Juni 2019, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mungkin tidak membayangkan kalau pada tahun berikutnya, 2020, di dunia muncul pandemik korona 19 seperti sekarang ini.  Pandemi yang ternyata bisa mengakselerasi terwujudnya visi tersebut. Tidak membayangkan kalau dalam suatu masa kehidupan di dunia ini muncul istilah lockdown, dimana manusia di sebagian besar belahan bumi diminta untuk stay at home, work from home, alias tidak boleh keluar rumah. Abe tidak pernah membayangkan kalau pandemi seperti sekarang ini melanda hampir seluruh permukaan bumi. 

 

Yang terbayangkan adalah, sepeerti yang dipresentasikan dalam forum tersebut, bahwa kehidupan manusia di kemudian hari menjadi sangat tergantung dari  internet of thing.  Masyarakat kemudian mengarah ke apa yang dia sebut  sebagai "A human-centered society that balances economic advancement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace and physical space." Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, “suatu kehidupan masyarakat yang tingkat perekonomiannya sedemikian maju yang mampu menyelesaikan persoalan sosialnya dengan mengintegrasikan dunia maya dan dunia nyata.”  Dunia maya atau cyberspace di sini tentu maksudnya adalah Internet of Thing, atau segala sesuatu yang berbau internet, atau teknologi informasi. Dunia nyata, ya kehidupan dunia yang selama ini kita jalani.

 

Kehidupan seperti itulah yang kemudian dikenalkan dengan istilah Society 5.0 atau Masyarakat 5.0.  Isitilah ini mungkin terinspirasi dari istilah Industry 4.0 yang sudah muncul dan secara resmi diperkenalkan oleh Kanselir Jerman Barat Angella Merkel dalam World Economic Forum pada tahun 2015. Angka 4.0 di”hitung” dari era  revolusi industri tahun 1776 dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt (1.0),  kemudian ditemukanya ban berjalan (2.0) dan berkembangnya komputer dan robot (3.0).  

 

Sedangkan angka 5.0 diambil sebagai kelanjutan dari era masyarakat berburu (hunting society) sebagai titik awal atau Society 1.0; kemudian dilanjutkan dengan era masyarakat pertanian (agricultural society) sebagai Society 2.0. Setelah itu berkembang menjadi masyarakat industri (industrial society) yang dikoinkan dengan istilah Society 3.0. dan masyarakat informasi (information society) dengan julukan Society 4.0. 

 

Sekarang ini kita sudah berada pada era Society 5.0, dimana kehidupan kita menjadi sangat tergantung dari ada atau tidaknya sinyal internet.  Berbeda dengan era sebelumnya, yaitu era masyarakat informasi, dimana berbagai informasi yang ada kita bisa dapatkan dari internet kemudian kita olah; pada era Sociey 5.0, berbagai data yang ada sudah terkirim sedemikian besar dan banyaknya via internet ke dunia maya (cyberspace) dan kemudian diolah oleh sebuah teknologi canggih yang bernama artifical intelligence.  Kehadiran robot dalam berbagai penggunaannya adalah aplikasi nyata dari penggunaan artificial intelligence itu.  Atau lebih canggih lagi penggunaan pesawat tanpa awak (drone) untuk berbagai keperluan.

 

Ketka saya berkunjung ke pusat pabrik Honda di Tokyo pada tahun 1988, waktu itu sebenarnya sudah diperkenalkan prototype mobil tanpa pengemudi.  Pada showroom besarnya Honda, prototype itu sudah dipamerkan.  Perkiraannya mobil tersebut akan dipasarkan pada sekitar tahun 2000.  Namun hingga hari ini belum keluar. Malah Google konon sedang mempersiapkan mobil tanpa stang setir itu alias berbasis artificial intelligence dan akan diluncurkan sektar tahun 2023.  Jadi kalau hari ini dengan GPS kita bisa menyetting jalan paling cepat untuk menuju suatu tempat, kemudian dengan pegang kemudi kita bisa mencapainya. Lima atau sepuluh tahun ke depan, kemudi atau stang setir tidak diperlukan lagi. Cukup cek dan klik di GPS, hidupkan mobil, klik RUN, maka kita “tinggal terima nyampe tujuan.” Tentu dengan selamat.

 

Covid-19

Hadirnya Covid-19, ternyata mempercepat proses terwujudnya Society 5.0. tersebut. Intensitas penggunaan Internet of Thing dalam kehidupan kita sekarang ini cukup tinggi.  Penggunaan video conference untuk ‘bertatap muka’ secara virtual menjadi sangat intens.   Mulai dari belanja untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, untuk keperluan pendidikan, seperti belajar mengajar, rapat-rapat, bahkan sampai pelaksanaan seminar dan konferensi yang sifatnya nasional dan internasional kita menggunakan video conference. Dan bisa melibatkan banyak orang seperti kalau kita mengadakan seminar secara konvensional.

 

Teknologi video conference ini sesungguhnya sudah ada sejak lama.  Tapi kita masih kurang ‘sreg’ rasanya kalau kita mengadakan kegiatan dengan tatap muka secara langsung.  Rapat-rapat offline rasanya masih demikian pentingnya, sehingga meskipun kegiatan itu sebenarnya cukup dilaksanakan secara online, kita masih lebih senang memilih  off line. Proses penyelesaian administrasinya yang lebih mudah (karena memang sudah sangat terbiasa) menjadi alasan utamanya. Disamping alasan klasik lainnya. Intinya kita masih enggan menggunakan teknologi yang sesungguhnya bisa membantu mempermudah dan memperlancar kegiatan kita.

 

Sekarang dengan segala bentuk keterpaksaan, kita harus menggunakan sistem online ataupun sistem virtual.  Pemerintahpun sudah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung sistem online tersebut. Di hampir semua bidang kehidupan, dengan alasan untuk segera “memutus rantai berkembangnya covid19.”  Kita belum tahu pastinya sampai kapan. Yang jelas kemudian hal tersebut membuat kita menjadi lebih terbiasa menggunakan fasilitas Internet of Thing itu.  Mungkin secara tidak sadar sepenuhnya, kita kini sudah memasuki era Society 5.0 seperti yang dimaksudkan oleh Perdana Menteri Jepang  Shinzo Abe dalam presentasinya di depan peserta World Economic Forum tahun 2019 seperti yang saya singgung di awal tulisan ini. Wallahu a’lam bissawab. Lombok Post, 22/6/2020


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar